Hidayatullah.com-- Ada sebuah peribahasa yang menggambarkan pentingnya suasana pagi: ”The early bird catches the worm.” (Burung yang terbang di pagi harilah yang bakal berhasil menangkap cacing). Pagi hari adalah saat-saat yang penting untuk memulai aktifitas. Pagi hari adalah mulainya orang meraih harapan dan optimis. Terkadang waktu pagi sering dikaitkan dengan keberhasilan dan kesuksesan.
Banyak doa-doa dari Rasulullah SAW yang mengajarkan kepada kita agar kita memperhatikan sekali waktu pagi.
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf[7]:205)
Dalam penjelasan tafsir Ibnu Katsir berkenaan ayat ini, beliau mengatakan bahwa ayat ini adalah termasuk ayat Makkiyyah. Dan ayat ini diperintahkan oleh Allah SWT sebelum diwajibkannya shalat lima waktu pada malam Isra’ Mi’raj.
Ini menunjukkan bahwa waktu pagi adalah waktu yang sangat penting dalam hidup manusia, sehingga Allah SWT pun menyuruh manusia untuk dekat dengan-Nya pada pagi hari.
Pagi hari dan amarah
Pagi hari ada awal kesibukan di mulat. Biasanya, waktu inilah tempat-tempat emosi mudah meledak. Tak hanya kesibukan diri senidiri. Pagi hari tempat banyak orang dari bagian keluarga kita yang memerlukan dukunan. Setiap pagi, anak harus pergi sekolah. Mereka memerlukan dukungan psikologi yang besar. Dorongan mental yang kuat dari orangtuanya. Terutama adalah dari ayahnya.
Selain momen anak, yang harus diperhatikan oleh seorang ayah adalah momen ibu, yaitu istrinya. Pagi hari adalah pagi yang sibuk bagi seorang ibu. Ia harus bangun lebih pagi dibandingkan yang lain. Ia menyiapkan sarapan untuk seluruh keluarga, menyiapkan bekal makan siang untuk anak-anak mereka, dan membuat hal-hal yang memastikan semua terorganisir dengan baik sebelum seluruh anggota keluarga beranjak dari ranjang.
Kerja ibu akan selalu menjadi yang pertama untuk bangun terutama pada hari-hari sekolah. Sangat awal subuh, kita bisa mendengar suara-suara terang menutup pintu, gelas dicuci dll Ini adalah suara seorang ibu yang bekerja melakukan pekerjaan sehari-hari pagi.
Sedangkan seorang ayah lebih cenderung untuk memikirkan bagaimana dengan pekerjaan kantor yang akan dilakukannya. Tidak jarang rusaknya suasana pagi disebabkan oleh “Morning Stress Syndrome” yang menimpa seorang ibu.
Kurangnya perhatian suami kepada istrinya, menyebabkan beban pekerjaan harian yang dirasakan oleh istrinya menjadi semakin berat. Karena itu, seorang ayah perlu memperhatikan dua sisi ini, yaitu sisi ibu dan sisi anak. Melakukan awal komunikasi yang baik adalah salah satu cara mengurangi beban istrinya.
Di sinilah perlunya sukungan ayah yang baik. Ayah perlu mengendalikan suasana dan mengelolanya di pagi hari. Karena itu hindari hal-hal yang akan membuat anak kurang semangat di suasana pagi untuk memulai aktifitas sekolah mereka atau hal-hal yang hanya akan menambah beban perasaan istri.
Ayah yang bijak adalah sosok yang mampu mengendalikan amarahnya, terutama pada saat pagi hari. Kondisikan semangat pagi hari adalah semangat untuk memulai merubah kesalahan, memperbaiki kekurangan, mencoba sekali lagi dari ketidak berhasilan, dan menguatkan tekad bagi si anak atau sedikit meringankan beban istri. Sekedar sebuah teguran kecil agar anak lebih bersemangat, atau pujian untuk istri.
Kekurangan ayah memahami situasi pagi seperti ini tak jarang hanya membuahkan konflik. Karenanya hindari hal-hal yang hanya akan membuahkan konflik atau pertengkaran di pagi hari. Jagalah suasana pagi dengan seindah mungkin. Fikirkan masak-masak sekali lagi apabila akan membuat konflik atau marah walaupun itu adalah sesuatu yang harus diungkapkan secepatnya. Sebisa mungkin tunda keinginan kita untuk membuat konflik atau ketidak tenangan di pagi hari. Dan pilih waktu yang tepat untuk menyelesaikan konflik itu.
Waktu sore dan malam hari adalah waktu yang tepat untuk menyelesaikan masalah-masalah di pagi dan siang hari. Karena waktu sore dan malam akan ditutup dengan tidur dan shalat malam. Tidur dan shalat malam ini akan lebih mengendurkan perasaan tegang yang terjadi pada sore atau malam hari. Dengan adanya tidur di malam harinya, ketika bangun di pagi hari, hal-hal yang mengganggu fikiranya dapat lebih ringan dihadapinya. Dipandang dari sisi kedokteran pun setelah tidur, biasanya badan dan fikiran akan lebih segar. Syukur ditambah dengan shalat sunnah sebelum shalat fajar dan dzikir yang kita panjatkan, maka suasana pagi akan kita dapatkan dengan sangat nyaman dan tenang sekali.
Dalam al-Quran Allah SWT memberikan pelajaran kepada para suami tentang keberadaan istrinya sebagai pendamping yang akan membuatnya merasa lebih tentram dan timbul rasa kasih sayang.
Rasulullah mengatakan, sebaik-baik akhlak seorang suami adalah bagaimana ia memperlakukan secara baik istrinya.
“Orang yang paling baik di antara kamu ialah orang yang paling baik terhadap isterinya. Sedang aku adalah orang yang paling baik terhadap isteri.” (HR. Tabrani dan Tirmidzi).
Banyak kasus, akibat kurangnya perhatian suami kepada istrinya, menyebabkan beban pekerjaan harian yang dirasakan sang istri menjadi semakin berat. Marilah kita semua berusaha menjadi ayah, sekaligus suami yang baik. Menjadi manager keluarga, pengelola, pengendali sekaligus pelindung anak dan istri kita.*/Yusuf Muhammad Efendy, tinggal di San Francisco, Amerika
100% Copas @ http://www.hidayatullah.com/read/16065/26/03/2011/ayah,-perancang-waktu-pagi-hari.html
0 komentar:
Posting Komentar